Hadapi Tren Perekonomian Global, Sri Mulyani Beberkan Empat Fokus Indonesia di Tahun 2023

PRESMEDIA.ID, Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan Indonesia tengah menyiapkan dan menata diri untuk menghadapi tantangan-tantangan baru akibat adanya potensi melemahnya perekonomian global.
“Tahun 2023 ditandai dengan situasi dimana perekonomian dunia tren-nya melemah. Ini karena berbagai faktor,” kata Sri Mulyani pada Acara Peringatan Hari Bakti Perbendaharaan Tahun 2023 di Malang, Jawa Timur, Rabu (18/01/2023).
Faktor yang dimaksud yakni inflasi tinggi karena komoditas, kenaikan suku bunga, dan konsekuensinya kepada pelemahan ekonomi. Untuk itu, ia menyampaikan bahwa terdapat empat hal yang menjadi fokus di tahun 2023.
Menurut Menkeu yang pertama adalah inflasi. Inflasi harus dijinakkan karena dapat mempengaruhi banyak hal. Ini menjadi atensi Presiden Joko Widodo agar seluruh institusi Pemerintah, tidak hanya Bank Indonesia, untuk bergerak bersama menjaga agar inflasi terkendali.
Menurut Sri Mulyani, inflasi yang muncul tidak hanya berasal dari demand side yang berasal dari jumlah uang beredar, namun juga sisi supply side, dari logistik, dari distribusi.
“Saya berharap tentu Kementerian Keuangan dengan instrumen fiskalnya, kita punya anggaran ketahanan pangan. Di situ termasuk untuk pertanian. Kita punya dana transfer ke daerah. Pemerintah daerah, pusat semuanya bersama-sama mengatasi inflasi, terutama dari sisi supply side dan distribusi,” tuturnya.
Kedua, berfokus menurunkan atau menghilangkan kemiskinan ekstrem. Menkeu mengatakan, dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi seperti Indonesia biasanya dibarengi dengan inequality yang juga melebar. Untuk itu, Pemerintah memberikan perhatian menggunakan fiscal tools APBN.
Ia menambahkan, tahun ini bantuan sosial mencapai Rp479 triliun, sedangkan subsidi energi mencapai lebih dari Rp330 triliun.
“Kita di Kementerian Keuangan meskipun arahan Bapak Presiden kepada seluruh pimpinan daerah kita harus menyimak dan meyakinkan bahwa tugas kita di Kementerian Keuangan sinkron dengan tujuan nasional,” ungkapnya.
Ketiga yakni stunting. Anak-anak balita yang kurang gizi nantinya akan menyebabkan pertumbuhan tidak maksimal. Angka stunting sudah turun dari 33 persen ke 24 persen, namun masih akan didorong untuk jauh berkurang.
“Teman-teman Kementerian Keuangan harus berpikir bagaimana instrumen fiskal dan peranan kita untuk bisa mendorong agar stunting menurun. Bekerja sama dengan seluruh pihak, kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah karena keberadaan kita di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Fokus keempat yaitu investasi. Dengan tren perekonomian dunia yang melemah, maka iklim investasi harus dibangun yang berdampak pada biaya dan risiko investasi menjadi turun. Sehingga walaupun interest rate naik.
Sri Mulyani mengatakan, investor tetap bisa confidence bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan dari investasi.
“Orang tidak akan berinvestasi. Kalau tidak ada investasi, tidak ada penciptaan kesempatan kerja. Kalau tidak ada penciptaan kesempatan kerja, masyarakat makin menurun kesejahteraannya. As simple as that,” katanya.
“Jadi kita semuanya di Kementerian Keuangan dan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah, kementerian, lembaga harus siap menggunakan instrumen kita untuk mendorong dan mengakselerasi investasi,” pungkasnya.
Penulis: Presmedia
Editor: Redaksi