Remaja di Bintan Terjangkit Penyakit Difteri
*Kadinkes Bintan: Pasien Ditangani Secara Khusus

PRESMEDIA.ID, Bintan – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bintan menemukan satu kasus warga yang terkena penyakit Difteri. Kini, Dinkes Bintan terus melakukan berbagai upaya untuk menangani dan mencegahnya karena penyakit tersebut mudah menular.
Difteri merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan infeksi bakteri Corynebacterium Diphtheriae Strain Toksin. Penyakit ini telah ada sejak lama dan ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia pada 2011 lalu karena telah menyerang ribuan anak.
Kepala Dinkes Bintan, dr Gama AF Isnaini membenarkan ada seorang warga di Kabupaten Bintan terkena penyakit difteri. Hal itu diketahui ketika bersangkutan sedang menjalani pemeriksaan dan pengobatan dengan seorang dokter.
“Baru 1 orang yang didiagnosa terkena difteri ini. Dia merupakan warga Tanjung Uban, Kecamatan Bintan Utara,” ujar Gama, Minggu (5/3/2023).
Berdasarkan laporan medis, seorang remaja berinisial LA (17) ini mengalami sakit. Kemudian melakukan pengobatan dengan seorang dokter spesialis anak dan THT pada 16 Januari 2023. Hasil dari pemeriksaan, LA didiagnosa oleh dokter spesialis tersebut terjangkit difteri sehingga harus mendapatkan penanganan khusus.
“Dengan adanya pasien difteri ini kita langsung melakukan penanganan khusus. Baik mengobati pasien dan juga melakukan tracking karena penyakit tersebut mudah menular,” jelasnya.
Penyakit ini dapat ditularkan dengan dua cara, yaitu melalui percikan cairan dari saluran pernapasan dan kontak langsung dengan cairan yang keluar dari saluran pernapasan atau luka yang terkelupas.
Maka dalam kasus ini pihak medis melakukan pemeriksaan terhadap 15 orang yang berkontak langsung dengan pasien tersebut.
“Semua yang berkontak erat sudah kita periksa dan hasilnya negatif. Jadi belum ada yang tertular dari pasien LA,” katanya.
Untuk sekedar diketahui, bahwa difteri ini memiliki inkubasi dalam tubuh sampai selama 2-5 hari. Bakteri difteri ini menghasilkan racun yang membunuhmu sel-sel sehat dalam tenggorokan, sehingga akhirnya menjadi sel mati lalu membentuk membran (lapisan tipis) abu-abu pada tenggorokan.
“Racun yang dihasilkan juga berpotensi menyebar dalam aliran darah dan merusak jantung, ginjal, serta sistem saraf,” sebutnya.
Jika tubuh seseorang sudah terkontaminasi dengan bakteri difteri maka akan timbul berbagai gejala seperti sakit tenggorokan, muncul selaput berwarna putih abu-abu di tenggorokan dan amandel.
Lalu demam, leher bengkak, sulit bernapas, suara menjadi serak, muncul rusm pada kulit, batuk keras, pilek dengan sekret yang khas, tubuh lemas, kurang nafsu makan, dan jantung berdebar.
“Alhamdulillah untuk pasien LA sudah dinyatakan sembuh total dari difteri ini. Namun kita tetap berupaya untuk menekan penyakit tersebut agar tidak menjadi wabah di Kabupaten Bintan,” pungkasnya.
Penulis: Hasura
Editor : Redaktur