Diduga Akibat Pencemaran, Ribuan Ikan Nelayan Budidaya Desa Pengujan Bintan Mati

PRESMEDIA.ID, Tanjungpinang – Ribuan ikan Kakap Putih dan Kerapu di Keramba Jaring Apung (KJA) milik nelayan budidaya desa Pengujan Kabupaten Bintan mati secara massal.
Ketua kelompok Nelayan Budidaya Ikan Desa Pengujan Bintan Kamarudin, mengatakan matinya ikan di keramba jaring apung nelayan itu, sudah terjadi sejak Januari 2023 lalu. Bahkan, hingga saat ini terjadi di 17 keramba jaring apung kelompok nelayan di pesisir desa tersebut.
“Tiap hari ikan mati. Baik ikan kerapu dan kakap yang dalam pembesaran maupun pembibitan. Bahkan, sehari bisa sampai ratusan ekor dengan ukuran rata-rata 9 cm keatas,” kata Kamarudin pada wartawan Kamis (27/4/2023).
Kejadian ini lanjut Kamarudin, juga dialami oleh 16 kelompok Nelayan budidaya ikan lainnya. Sebab, keramba jaring Apung kelompok lain juga terletak di perairan yang sama.
Kamarudin menyampaikan, rata-rata ikan yang mati mengalami penyakit mulut merah, badan luka serta sirip dan ekor putus. Bahkan, ada ikan yang badanya menghitam dan sirip lepas usai mengalami kematian.
Kondisi ini lanjutnya, paling parah dialami kelompok nelayan disana dalam beberapa tahun terakhir sejak menjadi pelaku usaha pembudidaya ikan kerapu dan kakap putih.
“Saat ini hanya ada 5 ratus ekor ikan Kerapu cantik yang tersisa di KJA. Sementara ikan Kakap Putih hanya tersisa belasan ekor dari 6 ribu ekor yang dibudidayakan sejak November 2022 yang lalu,” jelasnya.
Mengenai penyebab kematian, kelompok nelayan menduga akibat adanya pencemaran lingkungan dari proyek pembangunan tambak udang milik PT Terminal Budidaya Bintan.
Hal itu diduga Nelayan akibat adanya pengorekan yang dilakukan perusahaan dalam membuat Tambak, hingga lumpur anyau pengorekan tambak yang dilakukan PT Terminal Budidaya Bintan di Sungai Katang mengalir ke perairan Selat Bintan II.
“Ini dugaan kami, kita pun tidak bisa sembarangan menuduh. Dari hasil Lab juga menyatakan ikan yang mati positif disebabkan parasit, sementara parasit berasal dari lumpur,” ungkapnya.
Atas kejadian ini, sejumlah nelayan Budidaya di Desa Pengujan Bintan, saat ini sama sekali tidak bisa membudidayakan ikan Kerapu maupun Kakap putih. Sebab, air laut selat Bintan II tidak lagi baik untuk dua jenis ikan tersebut.
“Kita sudah laporkan ke DLH dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kepri. Katanya besok Kamis kita akan dipanggil,” ujar Kamarudin.
Ditempat yang sama, Pelaku usaha budidaya ikan lainnya Hoeslab, menuturkan akibat matinya ikan di keramba jaring apung miliknya, mengakibatkan 17 kelompok nelayan mengalami kerugian hingga Rp2 Miliar.
“Ikan Kerapu dan Kakap putih mati secara massal tersebut terjadi setiap hari di kolam dan keramba sejak Januari hingga saat ini, ” kata Hoeslab.
Padahal lanjutnya, budidaya ikan Kerapu dan Kakap putih desa Pengujan Kecamatan Penaga Kabupaten Bintan itu, merupakan usaha pembibitan dan pembesaran ikan Budidaya terbesar di Provinsi Kepri.
Kelompok Nelayan Budidaya di desa itu, juga disebut menerima bantuan bibit ikan, Jaring maupun Keramba dari pemerintah daerah selama ini.
“Sebelum kejadian ini, Nelayan budidaya ikan disini juga sudah menghasilkan produksi ikan yang dipasarkan ke Natuna, Anambas hingga Lingga,” ujarnya.
“Pemasaran untuk budidaya pembesaran kami kirim ke Kabupaten Kepulauan Anambas. Selanjutnya setelah besar ikan diekspor ke Hongkong. Dalam sebulan bisa mencapai 19-20 ton,” pungkasnya.
Penulis: Roland
Editor : Redaktur