Presiden Jokowi Singgung Komitmen Negara Maju Terhadap Iklim dan Lingkungan di KTT-G7

*Presiden Jokowi "Bumi Ini Butuh Aksi Nyata Bukan Retorika"

 Presiden Jokowi memberikan pidato pada Sesi Kerja Mitra G7 membahas iklim, energi, dan lingkungan di Grand Prince Hotel Hiroshima, Jepang, Sabtu (20/05/2023). (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)
Presiden Jokowi memberikan pidato pada Sesi Kerja Mitra G7 membahas iklim, energi, dan lingkungan di Grand Prince Hotel Hiroshima, Jepang, Sabtu (20/05/2023). (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)

PRESMEDIA.ID, Hiroshima- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mendorong semua negara turut berkontribusi sesuai kapasitas masing-masing dalam menghadapi ancaman perubahan iklim. Kepada Mitra G7.

Presiden RI ini juga menyinggung komitmen negara maju terhadap iklim, Energi dan lingkungan global, dengan menegaskan, Bumi saat ini butuh aksi nyata, bukan retorika.

Hal itu disampaikan Presiden dalam pidatonya pada Sesi Kerja Mitra G7 yang membahas soal iklim, energi, dan lingkungan di Grand Prince Hotel Hiroshima, Jepang, Sabtu (20/05/2023).

“Pendekatan lama harus ditinggalkan, burden shifting, propaganda. Bumi ini butuh aksi nyata, bukan talk the talk yang tidak berujung konkret,” kata Presiden Jokowi.

Indonesia kata Presiden, telah meningkatkan target penurunan emisi sebesar 31,89 persen dengan kemampuan sendiri, sementara 43,2 persen merupakan dukungan internasional.

“Sebuah komitmen yang harus diikuti dengan kemitraan yang memberdayakan,” lanjutnya.

Selain itu, Presiden juga menegaskan, bahwa dukungan pendanaan iklim bagi negara berkembang, harus konstruktif dan jauh dari kebijakan diskriminatif yang mengatasnamakan lingkungan. Dukungan pendanaan dalam bentuk seperti utang, menurutnya hanya akan menjadi beban.

“Saya harus sampaikan, jujur, negara berkembang ragu terhadap komitmen pendanaan negara maju yang hingga kini komitmen USD 100 miliar/tahun masih belum terpenuhi,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Presiden Jokowi mendorong, agar semua negara meningkatkan aksi konkret menghadapi ancaman perubahan iklim. Ia juga menekankan, sejumlah aksi nyata perlu dilakukan sebagaimana yang telah dilakukan Indonesia dalam menghadapi ancaman tersebut.

“Indonesia telah melakukan banyak hal, seperti penurunan laju deforestasi yang saat ini turun signifikan dan terendah selama 20 tahun terakhir. Rehabilitasi 600.000 hektare hutan mangrove selesai di 2024, rehabilitasi 3 juta hektare lahan kritis, kebakaran hutan turun 88 persen, bangun 30.000 hektar kawasan industri hijau, dan mendorong pengembangan ekosistem EV,” jelas Presiden.

Penulis:Presmedia
Editor   :Redaksi

Leave A Reply

Your email address will not be published.