
PRESMEDIA.ID, Tanjungpinang- Antisipasi wabah demam Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF). Kementeriaan Pertanian melakukan pemantauan peternakan Babi di Pulau Bulan Tanjungbalai Karimun, Kamis(3/10/2019).
Selain melakukan pemantauan, Kementerian Pertanian juga melihat secara langsung sanitasi pengolahan ternak PT.Indo Tirta Suaka tersebut saat melaksanakan ekspor babi potong sebanyak 985 ekor atau senilai Rp.3,5 milyar dari Pulau Bulan ke Singapura. Pada kesempatan itu Kementan juga menyerahakan Health Certificate dari Barantan kepada PT.Indo Torta Suaka atas bebasnya kawasan peternakan tersebut dari ASF.
Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementeriaan Pertanian Agus Sunanto mengatakan, Pencegahan demam babi Afrika atau ASF, sangat perlu diantisipasi di Indonesia, hingga penularanya dapat dicegah. “Justru yang menghawatirkan lagi adalah hilangnya plasma nutfah babi asal Indonesia, disamping kerugian material yang pasti sangat besar,”ujarnya.
Kawasan peternakan pulau Bulan, kata Agus, merupakan potensi yang dimiliki daerah dan negara dalam menyerap ribuan tenaga kerja, peningkataan pendapatan peternak, perolehan devisa negara yang harus dibina dan dilindungi dari ancaman ASF (African Swine Fever) atau demam babi Afrika.
“Dan Kami berharap, PT.Indo Tirta Suaka sebagai pengelola, saat babinya diekspor, sudah dalam bentuk olahan atau minimal setengah jadi dan juga perlu adanya pengembangan tujuan negara ekspor baru. Jadi tidak hanya Singapura. Pesan Pak Mentan agar dikembangkan, dan ditambah negara tujuannya eksportnya demikian juga frekuensi pengirimannya,”ujar Agus Sunanto.
Lokasi budidaya ternak babi milik PT.Indo Tirta Suaka, kata Agus, oleh Karantina Tanjungpinang, juga telah ditetapkan menjadi instalasi karantina hewan terpadu, sehingga pengawasan dan sertifikasi ekspor akan lebih mudah dan cepat prosesnya. “Ini juga merupakan komitmen Kementan lewat Barantan dalam mendorong ekspor komoditas ternak babi Indonesia,”sebutnya.
Ditempat yang sama, Kepala Karantina Tanjungpinang Donni Muksydayan, menambahkan, sistem biosekuriti di Pulau Bulan bisa menjadi percontohan. Ia menerangkan bahwa di Pulau Bulan tidak ada penduduk, dan pengunjung yang datang harus memenuhi prosedur biosecurity yang telah ditetapkan seperti tidak boleh dalam keadaan sakit tidak membawa makanan sisa dari luar dan diharuskan memakai pakaian yang steril. “Bisa jadi role model buat para peternak lain, bisa dicontoh, supaya ternak babinya aman,”ungkapnya.
Mr.Desmond W, General Manajer Production PT.Indo Tirta Suaka yang menerima langsung Health Certificate dari Barantan yang diserahkan Agus Sunanto, sependapat bahwa masyarakat perlu pengerti tentang bahaya virus tersebut.
Ia meminta dukungan Barantan dan instansi terkait lainnya agar memperketat pengawasannya. Ia berharap ASF cukup di 11 negara dan tidak masuk ke Indonesia.
Desmond W juga mengatakan, pada tahun 2019, periode Januari sampai dengan Agustus, ekspor babi dari peternakanya di Pulau Bulan ke Singapura mencapai 202.610 ekor, jumlah tersebut setara dengan nilai ekonomis sekitar Rp.650 milyar.(Presmed6)