DBD Bintan 2022 Sebanyak 77 Kasus, Dua Pelajar Meninggal Dunia

Kepala Dinas Kesehatan Bintan dr.Gamma AF Isnaini
Kepala Dinas Kesehatan Bintan dr.Gamma AF Isnaini (Foto:Hasura/Presmedia)

PRESMEDIA.ID, Bintan – Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bintan senjang 2022 merenggut nyawa dua anak (Pelajar) yang meninggal dunia.

Sementara 77 Warga di sejumlah kecamatan di Bintan mengalami Demam Berdarah Dengue (DBD) sepanjang 2022.

Kepala Dinkes Bintan, dr Gama AF Isnaini, mengatakan sebanyak 77 kasus DBD itu, tersebar di 10 kecamatan di Kabupaten Bintan.

“Dari jumlah itu, Dua anak yang masih berstatus pelajar meninggal dunia karena DBD tahun ini,” sebut Gama, Kamis (15/12/2022).

Kasus terparah hingga menyebabkan warga meninggal akibat terkena DBD di Bintan sepanjang 2022 itu, berada di Tanjung Permai, Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kemudian Kijang Kota Kecamatan Bintan Timur.

Adapun kasus DBD di 10 kecamatan Bintan, terjadi di Kecamatan Bintan Timur menjadi penyumbang terbesar dengan jumlah 38 kasus. Kemudian disusul Bintan Utara sebanyak 14 kasus, Seri Kuala Lobam 11 kasus, Teluk Sebong 5 kasus, Toapaya 4 kasus, Gunung Kijang 2 kasus, Bintan Pesisir 2 kasus dan Tambelan 1 kasus.

“Kalau Kecamatan Teluk Bintan dan Mantang sepanjang 2022 tidak ada kasus alias zero kasus,” jelasnya.

Beberapa kecamatan di Kabupaten Bintan merupakan wilayah endemik. Sehingga ada kasus DBD di sana. Apalagi saat ini sering hujan sehingga banyak nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak.

Jika seseorang digigit nyamuk tersebut maka virusnya akan masuk ke dalam darah dan mengalir ke seluruh tubuh. Akibatnya terjadi infeksi pada sel-sel tubuh yang sehat.

Kemudian timbul berbagai gejala. Mulai dari demam tinggi hingga 40 derajat, muka kemerahan, kulit memerah, nyeri seluruh tubuh, sakit kepala, mual dan muntah, infeksi tenggorokan, serta sakit di sekitar bola mata.

“Akibat mengalami berbagai gejala tersebut mereka dirawat di puskesmas maupun rumah sakit,” katanya.

DBD, kata Gamma, juga menjadi ancaman serius bagi kesehatan warga di Kabupaten Bintan selain covid-19. Maka diminta masyarakat untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yaitu ikut serta dan ikut peduli membersihkan lingkungan dan melakukan gerakan 3M plus.

Kemudian menggalakan Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN) dengan mengaktifkan terus juru pemantau jentik (Jumantik) dengan gerakan 1 rumah 1 jumantik di setiap pemukiman warga. Sehingga dapat mencegah perkembangbiakan Nyamuk Aedes Aegypti yang menyebabkan DBD

“Kami meminta masyarakat untuk membudayakan perilaku hidup sehat dan bersih. Ingat, lebih baik dicegah daripada mengobatinya,” ucapnya.

Penulis:Hasura
Editor :Redaksi