
PRESMEDIA.ID – Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) menjadi perhatian serius dua pimpinan lembaga tinggi negara, Ketua DPR RI Puan Maharani dan Ketua MPR RI Ahmad Muzani. Meski sama-sama menanggapi isu ini, keduanya memiliki fokus strategi yang berbeda.
Puan Maharani: Perlu Mitigasi Cepat Demi Stabilitas Ekonomi
Ketua DPR RI Puan Maharani mendesak pemerintah dan otoritas moneter untuk segera melakukan mitigasi pelemahan rupiah demi menjaga stabilitas ekonomi nasional dan daya beli masyarakat.
“Pemerintah harus bergerak cepat untuk mengantisipasi dampak depresiasi rupiah terhadap inflasi dan harga kebutuhan pokok,” tegas Puan.
Ia juga menekankan pentingnya koordinasi erat antara pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam menyusun strategi jangka panjang guna memperkuat nilai tukar rupiah serta membangun kembali kepercayaan investor.
Ahmad Muzani: Momentum Tingkatkan Ekspor Indonesia
Sementara itu, Ketua MPR RI Ahmad Muzani melihat pelemahan rupiah sebagai peluang untuk menggenjot ekspor nasional ke pasar non-tradisional.
“Pelemahan rupiah menjadikan produk Indonesia lebih kompetitif. Ini saatnya dorong ekspor ke Asia Tenggara, Afrika, dan Timur Tengah,” ujar Muzani.
Ia menyoroti pentingnya diversifikasi pasar ekspor, strategi promosi agresif, serta dukungan kebijakan perdagangan dan investasi dari pemerintah.
“Sinergi antara pelaku usaha dan pemerintah sangat penting agar produk lokal bisa bersaing di pasar global,” tambahnya.
Dampak Global Tekan Rupiah, Bank Indonesia Ambil Langkah Antisipatif
Pelemahan nilai tukar rupiah terjadi di tengah ketidakpastian pasar global, salah satunya akibat kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat dan respons retaliasi Tiongkok. Hal ini memicu arus keluar modal asing dari negara berkembang dan memberikan tekanan pada rupiah.
Selama libur Idul Fitri 1446 H, tekanan terhadap rupiah meningkat di pasar offshore (Non Deliverable Forward / NDF).
Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, menyampaikan bahwa Bank Indonesia telah melakukan intervensi agresif di pasar NDF Asia, Eropa, dan New York untuk meredam volatilitas nilai tukar.
“BI terus memperkuat aksi di pasar valas (spot dan DNDF) serta membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder untuk stabilisasi,” ujar Ramdan, Rabu (9/4/2025).
Langkah ini juga diikuti dengan optimalisasi instrumen likuiditas rupiah guna memastikan kecukupan likuiditas di pasar uang dan sistem perbankan domestik.
“Seluruh langkah ini bertujuan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta membangun kembali kepercayaan pelaku pasar dan investor terhadap ekonomi Indonesia,” pungkas Ramdan.
Penulis: Presmedia
Editor : Redaksi