
PRESMEDIA.ID, Bintan – Pengudang Bintan Mangrove di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, menjadi salah satu kawasan strategis ekowisata bahari yang ditetapkan pemerintah Provinsi Kepulauan Riau melalui SK Gubernur Nomor 1263 Tahun 2022 tentang destinasi wisata, kawasan strategis pariwisata, dan daya tarik wisata di Provinsi Kepri.
Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Guntur Sakti, mengatakan, Kepulauan Riau (Kepri) dengan keindahan alam laut dan kawasan mangrovenya yang menakjubkan, mejadi keunggulan dan daya tarik utama sektor pariwisata.
Selain pesona laut dan mangrove, Kepri juga menawarkan kekayaan wisata alam, budaya, hingga wisata buatan. Namun, tantangan utama saat ini adalah bagaimana memasarkan potensi tersebut untuk menarik lebih banyak wisatawan mancanegara (wisman).
Atas hal itu kata Guntur, Kepri meminta perlakuan khusus dari pemerintah pusat terkait kebijakan Visa on Arrival (VoA) yang dinilai memberatkan wisman.
Harapannya, melalui kebijakan penerapan Short Voa atau Voa singkat yang diajukan ke pusat itu, kunjungan wisatawan ke Kepri dapat meningkatkan ke sejumlah potensi pariwisata yang dimiliki.
“Kami berharap ada insentif dari segi regulasi kunjungan wisman, sehingga Kepri makin banyak dikunjungi turis yang pada tahun 2022 mencapai 1,5 juta orang,” ujar Guntur.
Desa Pengudang menjadi desa wisata edukasi konservasi dalam pengembangan ekowisata mangrove, terumbu karang dan bakau serta spesies mamalia bernama Dugong.
Wisata Pengudang Bintan Mangrove, diluncurkan dengan tujuan mengkampanyekan pelestarian lingkungan, khususnya menjaga kelestarian ekosistem dan habitat pohon bakau dari kerusakan alam. Upaya ini penting untuk mempertahankan keseimbangan alam dan mencegah degradasi lingkungan.

Selain hutan bakau, kawasan ini juga menawarkan wisata pasir putih di Pantai dan Padang Lamun, serta eksotisnya Batu Junjung dan Batu Arang. Keindahan alam ini membuat Pengudang Bintan Mangrove menjadi destinasi wisata yang lengkap dan menarik untuk dikunjungi.
Di balik rimbunnya hutan bakau, kawasan ini juga merupakan tempat konservasi bagi dugong, kuda laut, penyu, dan padang lamun yang membentang sepanjang 18 kilometer. Wisatawan yang berkunjung ke sini akan dapat melihat keanekaragaman hayati dan keindahan alam yang memukau.
Pengudang Bintan Mangrove tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga edukasi tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Dengan mengunjungi tempat ini, Anda berkontribusi dalam upaya pelestarian alam dan mendukung ekowisata berkelanjutan.
Untuk menikmati keindahan rimbunan pohon bakau, pengunjung dapat menggunakan speedboat yang membawa mereka berkeliling di kawasan ini. Pemandangan yang asri dan alami membuat pengalaman berwisata menjadi lebih menyenangkan.

Desa di bagian pesisir ini memiliki kondisi perbukitan yang indah dan pasir pantai putih yang menyejukan mata. Sehingga dikenal sebagai surganya pecinta alam dan petualangan.
Hutan Mangrove yang dimiliki Desa Pengudang cukup luas. Membentang di pesisir hingga perbatasan dengan Desa Berakit. Bagi yang ingin menyaksikan keindahan mangrove bisa menjelajahinya dengan sampan kayu atau kano. Kemudian melihatnya dengan berjalan kaki melewati jembatan.
Di hutan Mangrove Pengudang terdapat segudang flora dan fauna, beragam jenis burung juga ada disan. Agar selalu terjaga keasriannya, masyarakat di daerah ini mengembangkan bibit mangrove.
Kegiatan itu juga mendapatkan dukungan dari berbagai pihak seperti Banyan Tree Bintan yang merupakan salah satu resort terbesar di Kawasan Pariwisata Lagoi.
Environment Naturalist Banyan Tree Bintan, Henry Singer mengatakan untuk mendukung kelestarian mangrove di Desa Pengudang. Banyan Tree Bintan bekerjasama BPDAS HL Sei Jang Duriangkang menanam 1000 bibit mangrove di Pantai Pengudang pada 24 Juni 2024 lalu.
Aksi penanaman bibit mangrove ini sudah dilaksanakan Banyan Tree Bintan sejak 2007 melalui Program Greening Community. Tingkat kelulusan hidup bibit mangrove di desa ini sangat tinggi.
“Bisa kita lihat yang ditanam pada tahun 2023 lalu bisa tumbuh lebih dari 90%. Sehingga lokasi ini menjadi tujuan kita kesekian kalinya. Hutan Mangrove ini nantinya bisa jadi tempat penelitian mahasiswa,” katanya.
Selain Hutan Mangrove, Pantai Pengudang juga menjadi primadona karena pasir putihnya membentang luas.
Lautnya jernih dan terdapat bebatuan yang indah bernama Batu Junjung. Sehingga banyak yang menjadikan pantai ini untuk lokasi berjemur, berenang, atau snorkeling.

Ekosistem bawah lautnya juga tak kalah indah dengan terumbu karang yang masih alami. Kemudian beragam jenis ikan juga ada di perairan di desa ini. Keunggulan itu menjadikan Pengudang sebagai surganya para penyelam dan pemancing
Kondisi perbukitannya juga masih alami. Pepohonan yang rindang membuat para komunitas motocros menjadikan desa ini sebagai lokasi jalur trabas yang menantang dan indah.
Pengudang tidak hanya menyuguhkan keindahan alamnya saja, tetapi juga menyajikan keragaman budaya dan kuliner.
Pengunjung bisa melihat langsung para nelayan bahkan bisa berinteraksi secara langsung. Mereka sangat terbuka dengan pendatang sehingga dapat belajar langsung tentang budaya dan tradisi di sana.
Kuliner yang disajikan di pedesan ini juga sangat menggoyahkan lidah. Selain dapat menyantap olahan makanan dari ikan segar hasil tangkapan nelayan, pengunjung juga dapat mencicipi makanan khas atau tradisional di desa ini.
Bagi pengunjung yang ingin berkunjung, ke desa ini, dapat menggunakan transportasi darat. Dari Kota Tanjungpinang menelan waktu 1 jam sementara dari Tanjung Uban sekitaran 30 menit.
Untuk kenyamanan liburan Pengunjung, di desa ini juga tersedia akomodasi rumah ramah lingkungan berupa tempat menginap serta resort dan homestay kenyamanan terjamin.
Penulis: Hasura
Editor : Redaksi