Pengurus LAM Kepri Berharap Kerajaan Negeri Melaka Tidak Salah Langkah Dalam Merayakan Hang Tuah

Tokoh Masyarakat Melayu Kepri dan Pengurus Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepri Raja Haji Al Hafiz bin Raja Ismail. (Foto: Abdul Hamid)
Tokoh Masyarakat Melayu Kepri dan Pengurus Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepri Raja Haji Al Hafiz bin Raja Ismail. (Foto: Abdul Hamid)

PRESMEDIA.ID, Tanjungpinang – Kerajaan Negeri Melaka Malaysia, akan melaksanakan pameran bertema “Hang Tuah” pada 10 Juni sampai 7 Juli 2024.

Pameran ini, digelar di Melaka International Trade Center (MITC) untuk mengangkat kebesaran nama Pahlawan Melayu Hang Tuah.

Pada pameran ini, akan memperkenalkan hasil penyelidikan yang mengukuhkan kewujudan Hang Tuah melalui berbagai artifak dan Manuscript dari berbagai negara di dunia termasuk Indonesia.

Tiga buah keris yang kononnya peninggalan Hang Tuah di Bintan, juga akan ditampilkan pada pameran tersebut.

Bahkan seseorang yang mengaku waris ke 11 keturunan Hang Tuah dari Bintan bernama Mohd Amin, juga dijemput untuk ikut merayakan perhelatan ini.

Namun yang menjadi pertanyaan semua pihak, Layak dan tepatkah langkah yang diambil Kerajaan Negeri Melaka itu?

Menanggapi hal ini, Pengurus Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepri Raja Haji Al Hafiz bin Raja Ismail, mengatakan sangat berbangga dan takzim, atas kerja hebat dan panjang yang sudah dibuat Kerajaan Negeri Melaka.

Dengan melibatkan para pengkaji yang hebat dalam memperkokoh kewujudan Hang Tuah Pahlawan Melayu, perlu diberi apresiasi dan penghargaan yang tinggi.

“Kami di Kepulauan Riau menaruh hormat dan takzim atas upaya yang dilakukan mengangkat kembali sejarah Hang Tuah ke Persada yang lebih tinggi,” ujar Haji Raja Al Hafiz di Tanjungpinang.

Namun demikian, Tokoh Masyarakat Melayu Provinsi Kepri ini juga mengatakan, dengan memberi ruang dan laluan pada seseorang individu membuat cerita salah sama sahaja mengakui dan mengiktiraf upaya memesongkan sejarah itu sendiri.

Hal ini lanjutnya, juga akan membuka jalan bagi merajalelanya pemalsuan sejarah di masa yang akan datang.

“Tentunya hal ini akan berdampak buruk bagi kepentingan pengkajian Hang Tuah, bahkan menjejas nama baik dan marwah kita sebagai orang Melayu. Ini akan dicatat sebagai “Kemalangan sejarah,” ujarnya.

Terkait cerita Mohd Amin juga membawa 3 bilah keris dari Bintan ke Melaka pada tahun 2022 lalu, Dato Wira Setia Laksana ini mengatakan, Semoga tidak ada pihak yang mengelu-elukan kerja-kerajaan yang salah ini.

“Kita berterima kasih untuk semua kerja gemilang ini. Hanya jangan menjadi cemar karena “Nila” setitik. Buanglah “Nila” setitik itu, sehingga masak dan tidak rusak santan kita yang sebelanga”.

“Esa hilang dua terbilang Patah tumbuh hilang berganti Tak Melayu hilang di bumi,” pungkasnya.

Fakta Sejarah Atas Pengakuan Keturunan Hang Tuah

Sebelumnya, Sejarawan dan Budayawan Melayu provinsi Kepri, Raja Malik Bin Raja Hamzah, sebelumnya juga telah mengungkapkan sejumlah fakta sejarah Kerajaan Melayu Kepri mengenai pengakuan sejumlah pihak sebagai keturunan Hang Tuah dari Bintan.

Raja Malik mengaku telah membaca tajuk pemberitaan di beberapa media sosial tentang beberapa pihak orang yang mengaku sebagai pewaris waris Hang Tuah yang berasal dari Bintan, demikian juga tentang keberadaan makam Hang Tuang di Bintan.

Bahkan sebut Raja Malik, Ia mendapatkan maklumat tentang barang-barang dan senjata yang dikatakan adalah peninggalan Hang Tuah yang ada di Bintan itu.

“Oleh karena itu, saya perlu memberikan sedikit penjelasan yang mungkin boleh dipakai untuk pertimbangan dan kajian riset selanjutnya,” kata waris ke tujuh Raja Haji Fisabilillah ini.

Kepada Media ini, Raja Malik mengatakan, Dua tahun lalu pernah diajak oleh rekan akrabnya bernama Muhammad Amin yang tinggal di Bintan membuat video tentang keberadaan makam Hang Tuah di Bintan.

Video itu adalah untuk mengulas kebenaran fakta sejarah yang dikatakan M.Amin dan masyarakat sekitarnya tentang keberadaan Makam Hang Tuah.

Namun setelah membuat video itu dan pulang berziarah dari makam Hang Tuah, Raja Malik mengaku tidak berpuas hati. Sehingga akhirnya dia melakukan penyelidikan sendiri tentang keberadaan makam Hang Tuah yang katanya di Bintan.

Setelah melakukan kajian dari beberapa sumber, Ia lantas mengambil kesimpulan, bahwa makam Hang Tuah yang sekarang katanya berada di Bintan sumbernya hanya dari beberapa orang saja.

“Saya menguji kebenaran informasi itu dari masyarakat sekeliling Makam. Dan Mereka bahkan tidak mengetahuinya, Artinya, Maklumat itu bukanlah memori kolektif masyarakat Bintan, tetapi hanya diceritakan beberapa orang saja,” ungkapnya.

Kemudian Raja Malik mengaku, juga membaca laporan penelitian ilmiah yang pernah dilakukan di pulau Bintan, Misalnya, buku Tufat Al Nafis Raja Ali Haji, Buku Belanda di Johor dan Siak, serta penelitian ilmiah yang dilakukan Muhammad Affan sekitar tahun 1943 lau, dan memberikan maklumat cukup lengkap tentang Bintan baik tentang masyarakatnya suku-suku maupun sejarahnya.

Selanjutnya, kata ketua Ketua Yayasan Kebudayaan Indera Sakti Pulau Penyengat, Kepulauan Riau ini. Ada juga penelitian Arkeologis yang dilakukan oleh Badan Arkeologi Nasional pada tahun 1980. Demikian juga yang dilakukan Mister Muhammad Affan dengan judul “Distrik Van Bintan”, kemudian penelitian yang dilakukan Dr.Vivien Lee dari Singapura tahun 1983 serta kajian-kajian ilmiah lain yang berhasil dikumpulkan.

“Dari sekian banyak riset dan penelitian itu, tidak ada satupun yang melaporkan bahwa ada wujud makam Hang Tuah di Bintan,” sebutnya lagi.

Dari sejumlah penelitian dan maklumat yang diberikan kata Raja Malik, Narasumber utama dari penelitian, sumbernya adalah seseorang yang bernama Bidin atau Penghulu Bidin.

Penghulu Bidin ini sebutnya, adalah kerabat dekat Muhammad Amin yang sekarang mengaku sebagai pewaris Hang Tuah ke-11 dari Bintan.

“Pak Bidin ini pernah mengatakan dalam wawancara, yang mana transkripnya saya pegang, ketika itu ditanyakan tentang Hang Tuah, beliau menjawab “Menurut orang-orang tua, Hang Tuah berasal dari Bintan, tapi dia tidak mengetahui dimana makamnya dan anak cucunya, ini jawaban Pak Bidin sekitar tahun 1981 silam,” kata Raja Malik.

Berdasarkan kajian tersebut, Raja Malik berkesimpulan, Makam Hang Tuah di Bintan itu hanyalah cerita yang baru timbul sampai 10 tahun terakhir. Selanjutnya, dipublikasi oleh M.Amin dan kawan-kawan.

“Hal itu menurut hemat saya, perlu melalui kajian lebih mendalam, kajian yang lebih menyeluruh sehingga kita tidak boleh memutuskan satu pendapat yang salah,” ujarnya.

Ia juga mengaku khawatir, seandainya makam Hang Tuah yang diklaim di Bintan ternyata salah dan tidak benar, maka akan membuat malu Bintan, membuat malu Kepulauan Riau dan bahkan Indonesia.

Selain itu, Ia juga menekankan, Seandainya ada orang Bintan mengaku waris Hang Tuah, maka harus bisa menunjukkan bukti dalam bentuk silsilah yang sahi sebagai perbandingan.

“Saya sebagai Raja Malik Bin Raja Hamzah adalah waris ketujuh daripada Raja Haji Fisabilillah yang makamnya ada di pulau Penyengat. Saudara saya, kakak saya yang juga adalah waris ketujuh, saat ini sudah mempunyai cucu. Artinya, sudah wujud keturunan Raja Haji Fisabilillah waris ke sembilan, bahkan ke sepuluh,” jelasnya.

Perbandingan jarak lanjutnya, tahun kehidupan Raja Haji dengan masa saat ini tidak sampai 300 tahun. Kalau dihitung dari tahun kematian Raja Haji 1784, maka hanyalah berkisar 246 tahun, sudah ada generasi ke 10.

“Bayangkan Hang Tuah yang masa hidupnya diperkirakan hampir 600 tahun lalu, ada orang mengklaim bahwa mereka adalah waris ke 11, hal ini mesti dilakukan kajian lebih menyeluruh,” saranya.

Sedangkan mengenai barang-barang pusaka yang didatangkan dari Bintan dan diklaim sebagai barang milik Hang Tuah dan saat ini viral dimana-mana, Menurutnya, kebenaran dan keaslian sejumlah barang sejarah tersebut-pun juga perlu kajian secara menyeluruh dan mendalam.

“Karena dua barang keris yang kuning itu, saya tahu siapa pemiliknya, dan saya pun sering memegangnya di Tanjungpinang. Saya pun sering melihatnya. Ketika saya bertanya, dulu bukan Hang Tuah yang punya, tapi sekarang informasinya barang itu pun sudah berubah menjadi milik Hang Tuah,” kata Raja Malik.

Penulis: Abdul Hamid
Editor  : Redaksi