
PRESMEDIA.ID, Bintan – Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Bintan mendapati ratusan kasus balita dan batita berisiko stunting sepanjang 2022. Mereka semua tersebar di 10 kecamatan se-Kabupaten Bintan.
Kepala DP3AKB Bintan, Aupa Samake mengatakan tim kesehatan telah mengecek kondisi tumbuh kembang 11.217 anak-anak di 10 kecamatan. Dari pengecekkan tersebut didapati hasil sebanyak 373 anak yang berisiko stunting.
“Jadi sepanjang 2022 itu 373 balita dan batita beresiko stunting. Namun paling banyak itu di usia balita,” ujar Aupa di Aula Kantor Bupati Bintan beberapa waktu lalu.
Tahun ini, kata Aupa, kasus stunting di Kabupaten Bintan berhasil diturunkan. Dari awalnya sebanyak 373 kasus kini menjadi 370 kasus atau turun 3 kasus.
Dalam kasus tersebut, wilayah paling banyak menyumbang angka stunting adalah Desa Teluk Sasah, Kecamatan Seri Kuala Lobam.
“Alhamdulillah menurun tahun ini. Tapi tak banyak hanya 3 kasus saja, itu data kami dapat dari puskesmas. Tapi baru data sementara,” jelasnya.
Mantan Kadis Kominfo Bintan ini menjelaskan stunting menurut WHO adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat gizi kronis atau infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.
Sementara penyebab dikarenakan asupan makanan yang diberikan atau dikonsumsi oleh ibu semasa hamil. Lalu minimnya pemberian ASI saat usia bayi, faktor ekonomi dan lingkungan tempat tinggal.
“Stunting ini dapat juga dicegah dari masa kehamilan dengan memeriksakan kandungan serutin mungkin dan asupan gizi yang cukup. Lalu ASI dan jaga kebersihan lingkungan atau budayakan hidup sehat,” pungkasnya.
Baca Juga :
- Kepri Urutan ke-4 Angka Stunting Terendah Nasional
- Ketua PKK Bintan Turun Ke Rumah Warga, Dapati 2 Balita Derita Stunting
- Ulat Sagu dan Cacing Laut Makanan Alternatif Cegah Stunting
Penulis: Hasura
Editor : Redaktur