
PRESMEDIA.ID – Kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen terhadap ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2025, resmi mulai berlaku 9 April 2025, kecuali ada hasil negosiasi lanjutan.
Pemerintah Indonesia melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, melakukan diplomasi dagang dengan Duta Besar AS untuk Indonesia, H.E. Kamala S. Lakhdhir, guna membahas solusi terbaik dan memperkuat kerja sama ekonomi kedua negara.
Dalam pernyataan tertulisnya, Menko Airlangga menegaskan bahwa Indonesia akan mengedepankan jalur diplomasi dan negosiasi, tanpa menerapkan kebijakan balasan (retaliasi), selaras dengan langkah negara-negara ASEAN lainnya.
“Negosiasi akan kita tempuh melalui revitalisasi Indonesia-US Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) yang telah berlaku sejak 1996,” ujar Airlangga, Rabu (9/4/2025).
Langkah Strategis Hadapi Tarif Resiprokal AS
Sebagai bagian dari strategi negosiasi, pemerintah Indonesia akan mengusulkan beberapa langkah, antara lain:
Deregulasi Non-Tariff Measures (NTMs) melalui relaksasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk sektor TIK dari perusahaan AS seperti GE, Apple, Oracle, dan Microsoft.
Selain itu, Indonesia juga akan melakukan evaluasi kebijakan larangan dan pembatasan (Lartas) terhadap barang Impor serta melakukan percepatan sertifikasi halal untuk produk terkait perdagangan bilateral.
Airlangga menyampaikan, rencana pemberian insentif fiskal dan nonfiskal guna mendorong impor produk dari AS serta menjaga daya saing ekspor Indonesia di pasar Amerika.
Dukungan AS untuk Negosiasi dengan Indonesia
Dubes AS Kamala Lakhdhir menyambut baik inisiatif Indonesia dan menegaskan komitmen pemerintah AS dalam memfasilitasi komunikasi antara kedua negara.
“Kami telah berkoordinasi dengan U.S. Secretary of Commerce dan USTR. Kami siap memfasilitasi pertemuan strategis antara Indonesia dan pihak terkait di AS,” ujar Kamala.
Menko Airlangga dalam kesmepatan itu, menutup pertemuan dengan menekankan pentingnya peran strategis Amerika Serikat sebagai mitra dagang utama Indonesia.
“Kami yakin, dengan dialog terbuka dan sinergi kuat, kita bisa menciptakan hubungan dagang yang seimbang dan saling menguntungkan,” tegasnya.
Pertemuan tersebut turut dihadiri oleh Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Deputi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Edi Prio Pambudi, serta Deputi Perniagaan dan Ekonomi Digital Ali Murtopo Simbolon.
Penulis: Presmedia
Editor : Redaksi