BPS Catat Tingkat Kemiskinan di Kepri Naik 6,12 persen

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepri Agus Sudibyo Foto Diskominfo Kepri
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepri Agus Sudibyo.(Foto: Istimewa)

PRESMEDIA.ID, Tanjungpinang – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk miskin di Provinsi Kepri tercatat mengalami kenaikan sebanyak 1.825 orang atau 6,12 persen. Kenaikan tersebut terhitung mulai September 2020 sebanyak 142.611 menjadi 144.462 orang pada Maret 2021.

Kepala BPS Kepri, Agus Sudibyo, menyampaikan jika dibandingkan dengan Maret tahun 2020, jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 12.497 orang.’

Sementara, jika diukur berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2020-Maret 2021, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah dari 108.859 orang menjadi 124.896 orang. Sedangkan, daerah pedesaan berkurang dari 23.107 orang menjadi 19.566 orang.

“Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 5,42 persen menjadi 5,72 persen. Sementara itu di pedesaan terjadi kenaikan dari 10,43 persen menjadi 11,10 persen,” ungkapnya, Kamis (15/7/2021)

Ia mengatakan, pemicu penambahan angka penduduk miskin di daerah itu dikarenakan di rentang bulan September 2020 hingga Maret 2021 terjadi kenaikan harga bahan kebutuhan pokok, atau terjadi inflasi.

Menurutnya, inflasi juga terkait erat dengan kemiskinan, semakin tinggi inflasi maka penghasilan pekerja dengan gaji tetap akan tergerus nilainya.

“Contoh, dulunya bisa beli beras 1 kilogram dengan 50 ribu, dengan adanya inflasi uang 50 ribu hanya bisa beli kurang dari sekilo, kalau asupan kalori nya kurang maka seseorang akan dekat dengan garis kemiskinan,” ungkap Agus.

Selain itu, lanjut Agus, peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan memang masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Besarnya sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan pada Maret 2021 sebesar 66,82 persen.

Selama periode September 2020-Maret 2021, lanjut dia, garis kemiskinan naik sebesar 4,03 persen, yaitu dari Rp617.532 per kapita per bulan pada September 2020 menjadi Rp642.425 per kapita per bulan di bulan Maret 2021.

Sementara pada periode Maret 2020-Maret 2021, garis Kemiskinan naik sebesar 4,51 persen, yaitu dari Rp 614.727 per kapita per bulan pada Maret 2020 menjadi Rp 642.425 per kapita per bulan pada Maret 2021.

Pada Maret 2021, komoditi makanan yang memberikan kontribusi terbesar pada GK di perkotaan adalah beras, yaitu sebesar 15,17 persen, lebih besar dari kontribusi komoditi rokok kretek filter yang sebesar 10,44 persen. Daging ayam ras memberikan kontribusi terbesar ketiga terhadap garis, yaitu 5,41 persen.

Sementara itu untuk wilayah perdesaan, beras dan rokok kretek filter memberikan kontribusi terbesar terhadap GK, masing-masing sebesar 20,11 persen dan 10,62 persen. Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada garis perkotaan dan perdesaan adalah perumahan, listrik, dan bensin.

“Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan,” demikian Agus.

Penulis: Ismail
Editor: Ogawa