
PRESMEDIA.ID, Tanjungpinang – Gubernur Kepulauan Riau, H.Ansar Ahmad dan Wakil Gubernur serta kepala OPD di Provinsi Kepri, mencanangkan gerakan selamatkan pangan untuk mengatasi kerawanan pangan.
Kegiatan ini, diinisiasi pemerintah Provinsi Kepri, sebagai komitmen menyelamatkan pangan, dengan tidak melakukan pemborosan pangan, memanfaatkan makanan sisa, untuk mengatasi masalah kerawanan pangan di Provinsi Kepri, atas temuan, Indonesia boros pangan hingga Rp150 triliun setiap tahun.
Upaya ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan bersama oleh seluruh perangkat daerah pada Minggu (24/9) di Gedung Daerah Tanjungpinang, segera setelah peringatan HUT ke-21 Provinsi Kepri.
Gubernur Provinsi Kepri Ansar Ahmad, mengatakan penandatanganan kesepakatan ini merupakan langkah awal dalam memulai Gerakan Selamatkan Pangan di Kepri. Tujuan utamanya adalah mengurangi kerawanan pangan dan masalah gizi dengan serangkaian tindakan konkret.
“Gerakan Selamatkan Pangan ini adalah inisiatif bersama untuk mengurangi kerawanan pangan dan gizi yang buruk. Kita akan mencegah pemborosan makanan dan mendonasikan makanan berlebih kepada mereka yang membutuhkan. Selain itu, makanan yang tidak layak dikonsumsi oleh manusia akan dimanfaatkan sebagai pakan ternak, kompos, atau untuk keperluan industri,” ujarnya di Tanjungpinang Minggu, (24/9/2023).
Provinsi Kepri lanjutnya, menjadi daerah yang pertama di Indonesia yang meluncurkan Gerakan Selamatkan Pangan ini, Karena, menurut Ansar Ahmad, hal ini harus menjadi perhatian bersama di daerah.
“Gerakan ini mendorong kita untuk lebih bijak dalam mengkonsumsi makanan dan tidak melakukan pemborosan. Karena dari data penelitian, setiap tahunnya, Indonesia mencatatkan pemborosan makanan sebesar Rp150 triliun, ini angka yang mengkhawatirkan,” sebutnya.
Dalam setiap aktivitas, Pangan, berpotensi menjadi pemborosan atau food waste atau makanan yang masih dalam kondisi baik dan aman untuk dikonsumsi, tetapi akan terbuang jika tidak dimanfaatkan.
Pemborosan dan pembuangan makanan sisa (left over food) ini sering terjadi pada acara pesta, hotel, restoran, catering, retail, industri pangan, toko makanan atau pusat perbelanjaan.
Gerakan Selamatkan Pangan atau food rescue dilakukan sebagai usaha untuk menyelamatkan pangan yang berpotensi menjadi pemborosan, yang bersumber dari penyedia pangan atau donatur, dan kemudian disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Hal ini melibatkan penetapan kebijakan serta upaya sosialisasi dan promosi untuk mencegah pemborosan makanan.
Untuk memperkuat program ini, Pemerintah Provinsi Kepri telah mengeluarkan Instruksi Gubernur Nomor: 521/417/DKPPKH tentang Gerakan Selamatkan Pangan Provinsi Kepulauan Riau yang dikenal sebagai ‘Stop Boros Pangan.’
Instruksi ini mengusulkan 7 langkah utama, diantaranya, mengambil makanan dengan bijak dan gizi seimbang, membawa pulang makanan jika tersisa, berbelanja pangan dengan cerdas (Meal Planning), mengelola penyimpanan bahan makanan dengan baik (menggunakan wadah yang sesuai dengan karakteristik pangan).
Kemudian, memeriksa tanggal kadaluarsa, mengolah kembali makanan yang berpotensi terbuang menjadi variasi menu dengan memperhatikan agar kandungan gizinya tidak rusak, dan yang terakhir adalah mendonasikan makanan berlebih kepada yang membutuhkan.
Gubernur Ansar Ahmad juga mengatakan, melalui program ini diharapkan dapat mendorong semua pihak untuk berhemat dalam penggunaan makanan.
“Ini tidak hanya berlaku di rumah, tetapi juga dalam berbagai acara agar kita menggunakan produk makanan dari petani lokal,” katanya.
Gubernur Ahmad juga menekankan pentingnya mengurangi impor makanan, seperti buah-buahan dari negara lain, untuk mendukung keberlanjutan pangan lokal.
“Mari bersama-sama menjaga pangan dan mengatasi kerawanan gizi di Provinsi Kepri,” pungkasnya.
Penulis: Presmedia
Editor : Redaksi