Hasil Tangkapan Nelayan Akibat Pukat Trawl Hancur, Marjanah Menangis di DPRD Karena Cucunya Nunggak Uang Sekolah

Marjanah, seorang istri Nelayan Bintan menangis di DPRD, Karena Cucunya menunggak uang sekolah, akibat hasil tangkapan anaknya sebagai Nelayan berkurang disebabkan beroperasinya pukat Trawl dan Cantrang di laut Bintan. (Foto: Hasura)
Marjanah, seorang istri Nelayan Bintan menangis di DPRD, Karena Cucunya menunggak uang sekolah, akibat hasil tangkapan anaknya sebagai Nelayan berkurang disebabkan beroperasinya pukat Trawl dan Cantrang di laut Bintan. (Foto: Hasura)

PRESMEDIA.ID, Bintan – Seorang istri Nelayan asal Kecamatan Bintan Pesisir Marjanah, menangis di DPRD Bintan mengadukan nasib anak-anaknya yang bekerja sebagai Nelayan yang tidak membawa hasil ikan saat melaut akibat operasi pukat Trawl dan Cantrang di Laut Bintan.

Marjanah, merupakan satu dari sejumlah ibu-ibu Nelayan di Bintan, ikut mengadukan ke DPRD Bintan, menyuarakan keresahan mereka atas merosotnya tangkapan ikan suami dan anak saat ini, akibat operasional pukat Trawl dan Cantrang.

Pada kesempatan itu, dia mengadukan maraknya aktivitas kapal mini trawl di Perairan Bintan merugikan ekonomi keluarganya.

“Anak saya nelayan semua. Kehidupan mereka bergantung pada hasil tangkapan ikan dari laut. Baik untuk biaya hidup maupun menyekolahkan anak atau cucu saya,” ujar lansia ini saat menceritakan nasib anak-anaknya yang bekerja sebagai nelayan di hadapan Komisi II DPRD Bintan, Senin (22/8/2022)

Namun semenjak maraknya aktivitas kapal trawl dan Cantrang lanjut Marjanah, membuat tangkapan anak-anaknya sebagai Nelayan memburuk, dan hasil tangkapan ikan yang didapat menurun.

Bahkan kata Marjanah, ketika cucunya yang sekolah SMA meminta uang mau bayar SPP, Dia terpaksa mengatakan, “Tunggu bapakmu balek melaut, nanti dapat ikan dijual baru bisa bayar uang sekolah,” ujarnya.

Namun saat anaknya yang Nelayan itu pulang melaut (Menangkap ikan-red) semua lesu hasil tangkapan ikan tak ada.

“Bagaimana lah, nasib anak cucu kami. Anak saya hanya kerja Nelayan. Sudah 3 bulan cucu saya tak bayar SPP. Tapi saya selalu bilang sama cucu-cucu, sabar ya nak, tunggu bapakmu pulang dari laut. Nanti pasti dibayarkan,” katanya dengan suara tersedu-sedu.

Akibat merosotnya tangkapan ikan akibat pukat Trawl dan Cantrang di laut Bintan itu,

Marjanah mengaku, Pendapatan yang diperoleh anaknya sebagai Nelayan saat ini sudah tidak mampu menopang ekonomi keluarganya, sehingga biaya iuran sekolah cucunya yang duduk dibangku SMA, juga menunggak selama 3 bulan dan cucunya itu-pun malu untuk bersekolah.

Marjanah juga mengaku harapan anaknya membawa pulang ikan tangkapan dan dijual untuk mendapatkan uang juga telah pupus. Karena bubu milik anaknya yang didapat dari hasil mengutang kepada toke ikan, juga hilang disapu kapal pukat trawl saat melaut di Bintan.

“Karena kondisi kehidupan ini lah, Saye nekat ikut bersama Nelayan lainnya ke sini (kantor DPRD-red). Dengan satu harapan, mendapatkan solusi yang tepat untuk merubah situasi ekonomi nelayan yang saat ini pupus, akibat aktivitas kapal Pukat Trawl di Laut Bintan,” ujarnya.

Masyarakat Nelayan lanjutnya, hanya ingin meminta kejelasan dan solusi, agar kondisi tangkapan Nelayan bisa seperti dulu.

“Tak ada pukat trawl ataupun cantrang. Karena jika ini dibiarkan, kemana lagi anak dan cucu kami akan mencari penghidupan,” ucapnya.

Selain Marjanah, keluhan yang sama, juga disampaikan sejumlah Nelayan lainnya. Bahkan, mereka terpaksa dililit utang akibat dana untuk membeli bubu dan BBM kapal-nya juga tidak mampu tertutupi.

“Tuntutan Kami hanya satu, Hilangkan Pukat kapal Trawl dan Cantrang di Laut Bintan. Biar lah kami menangkap ikan dengan bubu dan Pancing agar kami bisa menghidupi keluarga kami,” sebutnya.

Sebelumnya, Puluhan nelayan Kabupaten Bintan menggeruduk Kantor DPRD Bintan, Senin (22/8/2022). Mereka ingin anggota legislatif bertindak terhadap maraknya aktivitas kapal mini trawl di Perairan Bintan.

Ketua Koordinator, Yadi mengatakan, aktivitas pukat mini trawl itu sudah merajalela di Perairan Bintan. Sehingga merugikan para nelayan dan hasil ikan yang mereka tangkap berkurang drastis.

“Jika dilihat dari bentuk kapal trawl dengan kapasitas kecil itu bukan dari luar, tapi dari lokal. Apakah diperbolehkan, ini yang ingin kita tanyakan ke dewan sebagai lembaga yang menampung aspirasi masyarakat,” ujar Yadi yang juga nelayan Bintan Pesisir ini.

Maraknya aktivitas kapal mini trawl ini, lanjutnya, juga disebabkan minimnya pengawasan dari aparat keamanan. Sehingga mereka leluasa menjarah seluruh ikan di perairan tempat nelayan tempatan mencari ikan. Yaitu Perairan Marapas, Numbing, Mantang dan lainnya.

Kemudian trawl yang mereka gunakan itu menyapu bersih hingga ke dasar laut. Sehingga bubu milik nelayan tempatan juga terikut. Akibatnya nelayan merugi karena alat tangkap mereka rusak.

“Kami ini menangkap ikan dengan alat seadanya yaitu bubu. Namun bubu yang kami pasang mereka rusakkan dengan trawl. Jadi kami rugi besar karena pulang tak bawa ikan dan bumbunya rusak,” jelasnya.

Penulis : Hasura
Editor : Redaksi

Komentar