
PRESMEDIA.ID, Lingga- Ketua Persatuan Pemuda Tempatan (Perpat) Lingga Fahrul Anshori, menyayangkan sikap pemerintah dan mahasiswa kabupaten Lingga, yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri dan tidak berlaku adil pada masyarakat luas.
Pernyataan itu dia lontarkan, atas kebijakan pemerintah Kabupaten Lingga, yang rencananya akan menjemput ratusan mahasiswa untuk pulang, ditengah berlakunya bloking area pada Kamis (23/4/2020) hingga Sabtu (25/4/2020) mendatang.
Begitu juga biaya pemulangan yang dibiayai melalui dana penanggulangan Covid-19 dari Kabupaten Lingga.
“Pemerintah, dan mahasiswa di perantauan hanya memikirkan kepentingan sendiri, ketimbang menyuarakan kepentingan rakyat ditegah wabah covid-19 saat ini,”ujar Fahrul Anshori pada wartawan Kamis (23/4/2020).
Para mahasiwa lanjut Mantan Ketua IMKL Kota Batam ini, juga hanya mampu menyuarakan kepentingan mereka sendiri untuk bisa berkumpul bersama keluarga. Namun tidak memikirka kepentingan masyarakat diperantauan yang tidak bisa ikut pulang dan berkumpul dengan keluarganya.
Pemerintah lanjut dia, juga hanya memprioritaskan penjemputan para mahasiswa, bukan semua masyarakat Lingga yang berada di luar daerah lewat pelabuhan Kota Tanjung Pinang. Sedangkan mahasiswa, seakan tak mampu mengambil sikap untuk membela masyarakat, setelah mendapat itikad baik pemerintah dimasa bloking area sampai 8 Juni mendatang.
Para mahasiswa seharusnya bisa memberikan solusi lebih bijak kepada pemerintah daerah terkait, dalam hal penjemputan pulang ke kampung halaman dengan tidak mengecualikan masyarakat Kabupaten Lingga yang merantau,”sebutnya.
Sebagai mantan ketua IMKL, Ujar Fahrul, Dirinya sangat sedih dengan keadaan sekarang. Sudah hilang jiwa pengabdian mahasiswa sebagai agen revolusi dan perobahan.
“Seharusnya mereka berpikir, satu saja mahasiswa angkat koper, seribu rakyat harus ikut naik di kapal pulang. Jika tidak harusnya semua tidak pulang. Agar masyarakat juga tidak berkecil hati,” tegas dia.
Mantan mahasiswa pergerakan ini juga mengatakan dengan kapasitas sebagai pemuda yang terdidik, apalagi yang aktif dalam pergerakan. Mahasiswa harus bisa membela kepentingan bersama, termasuk kepentingan masyarakat.
Harusnya, lanjut Dia, mahasiswa harus menjadi pahlawan atas apa yang menjadi kebijakan-kebijakan daerah. Turut memikirkan solusinya, bagaimana masyarakat Lingga diluar daerah bisa ikut pulang. Atau sama-sama tetap berada di luar daerah sampai bloking area dibuka pemerintah daerah.
“Mahasiswa, jika memikir masyarakat diluar sana, mereka bisa mengambil dua pilihan. Pulang kampung, tapi rakyat harus ikut pulang, atau tidak sama sekali. Biar semua berada diluar daerah termasuk rakyat kita, artinya dalam hal ini tidak ada yang dikucilkan, dilalaikan atas kebijakan pemda,”jelasnya.
Penulis:Aulia