
PRESMEDIA ID,Bintan-Rencana pemerintah Kepri dan kabupaten Bintan membuka sektor pariwisata dalam new normal Pandemi COVID-19 di Bintan dinilai hal yang sulit di saat pandemi Covid-19 masih berlangsung.
Dosen Fisip Universitas Pasundan dan Founder Political and Media Consultant Anthromedius Indonesia, Tino Rila Sebayang mengatakan, harapan tentang dibukanya sektor pariwisata dengan pembukaan akses pelayaran penumpang dari Singapura ke Bintan atas pertimbangan ekonomi sosial, tentu menjadi hal yang sangat dilematis.
Dikatakannya, tidak perlu menegaskan dan mengulang pernyataan bahwa Covid-19 berdampak bagi seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat di Bintan. Bahkan Pendemi ini masih menghantui kehidupan populasi dunia. Dari total 7 miliar penduduk dunia, setidaknya dalam waktu 6-7 bulan terakhir, korban yang terpapar telah mencapai sekitar 9,7 juta dengan 497ribu yang meninggal.
�Wabah ini bukan main-main, jadi wajar saja setiap negara harus melindungi dan menjaga keamanan manusia di negaranya. Meskipun dampak ekonomi yang cukup menghantam kehidupan sosial warga dapat dirasakan. Namun seolah menjadi ironi di saat muncul harapan bahwa Singapura harus mengizinkan warganya untuk melancong ke Bintan,”ujarnya, Jumat (26/6/2020)
Seperti yang baru-baru ini menggemparkan Kabupaten Bintan, 5 kasus positif Covid-19 disumbangkan dari Tanjunguban. Tercatat melalui jejak kunjungannya, bahwa kelima pasien positif ini bukanlah berasal dari luar negeri, melainkan kunjungan ke beberapa propinsi di Indonesia.
Hal yang aneh tentunya bisa terjadi apabila masih muncul harapan untuk membuka Industri Pariwisata dan gerbang pelayaran penumpang dari Singapura. Yang mana, dengan jumlah sekitar 5.6 juta penduduk Singapura, tercatat sudah sekitar 40 ribu lebih di antaranya terjangkit. Artinya, dengan kondisi wilayah yang cenderung kecil, membuat penyebaran kian cepat terjadi.
Tingkat rasio populasi dan kasus Corona di Singapura sudah mencapai 0.7 persen. Angka tersebut cukup tinggi apabila dibandingkan dengan rasio di beberapa negara lainnya. Tentu dengan melihat ancaman itu, pemerintah Indonesia sebagai negara tetangga masih melarang warga asing untuk masuk ke Indonesia.
“Kasus ini tentu perlu menjadi katub pembuka mata warga Bintan, bahwa bahaya wabah Corona bisa saja masuk ke Bintan dengan cara yang mudah,” jelasnya.
Pria lulusan S2 Universitas Indonesia Jurusan Hubungan Internasional Studi Ekonomi Politik Internasional ini menambahkan, melalui Permenkumham No 11 Tahun 2020, Indonesia dengan tegas melarang masuknya warga asing ke Indonesia. Disyaratkan kunjungan warga asing hanya diizinkan dengan 6 alasan.
Di lain sisi, terlepas dari persoalan aturan hukum, tingkat psikologis dan kedisiplinan masyarakat Indonesia juga tentu menjadi pertimbangan penting lainnya. Kurangnya pemahaman masyarakat akan bahaya Corona ini, tentu berpotensi lebih buruk lagi di saat gerbang pelayaran kapal penumpang dari Singapura dibuka.
“Memang pukulan yang sangat memilukan di kala Bintan menggantungkan kehidupan ekonomi sosialnya pada sektor pariwisata. Namun, akan lebih memilukan lagi di saat alih-alih memulihkan situasi ekonomi, justru mengakibatkan konsekuensi lain,”terangnya.
Disaat potensi pariwisata di Bintan masih menjadi tanda tanya, Pemerintah kabupaten Bintan mampu mengoptimalkan anggaran pemulihan Covid-19 yang berorientasi pada pemulihan ekonomi sosial.
Dengan kata lain, mungkin bansos sangat bermanfaat bagi masyarakat, namun esensi bansos merupakan prinsip subsidi, yang tentunya tak akan berdampak secara jangka panjang.
“Sederhananya, dengan alokasi anggaran untuk pemulihan ekonomi ditengah Pandemi Covid-19. Pemkab mampu merumuskan dan menjalankan program yang lebih produktif dan proaktif bagi kehidupan ekonomi sosial yang berlandaskan kemandirian,�ucapnya.
Penulis: Hasura